Cara Mengatasi Trauma Kecelakaan. Sore menjelang malam itu, ku menemui sahabat, karena ku meminta untuk menemaniku makan malam. Mengambil alih kendaraan roda dua untuk disetirnya. Lalu ku terdiam dan menolak. Tapi lambat laun menerima tawarannya. Dan, berbisik ku berkata…
Aku takuut, ga mau dibonceng!! Aku aja yang nyetir, pliss!!
Entah berapa kali ku mengucapkan kata-kata itu di depannya, saat mau dibonceng. Sejujurnya, rasa takut yang mendalam ini terkadang bagi orang yang biasa mungkin menganggap lebay, namun bagi yang punya trauma adalah perang batin tersendiri di dalam hati.
Saat mulai naik pun, rasanya deg-degan, ngefreeze, tubuh kaku, terkadang teriak-teriak, khawatir, pokoknya nano nano yang dirasakan. Tanpa sadar, merangkul yang ada di depan dengan kenceng sambil menitipkan pesan, pelan-pelan yaa. Etapi yang depan justru malah kenceng, padahal melihat spidometer kecepatan biasa saja. Jadi salahnya bukan di pengemudi, tapi aku yang perlu dibenahi. Bagaimana cara mengatasi trauma saat dibonceng ini.
Dua puluh tahun yang lalu, aku pernah terkapar dijalanan saat dibonceng teman, itu yang membuatku takut.
Iya, salah satunya aku yang sempat mengalami trauma mendalam kecelakaan lalu lintas, peristiwa tahun 2001 yang fatal. Bersyukur diberi kehidupan kedua dan bisa normal kembali dengan wajah aku, fungsi gerak tubuh yang lambat laun mulai normal seiring waktu. Namun secara psikologis, trauma ini masih nempel dalam ingatan, terkadang membuat ku stress sendiri. Bantuan medis dan psikoterapi pun dijalanin. Memang benar perkataan mereka, kelak trauma ini bakalan muncul lagi. Dan saat ini pun ku sedang merasakan.
Jadi teringat, 5 tahun kebelakang, akhirnya kembali meminta bantuan profesional karena di salah satu klinik kesehatan di Bandung, yang menawarkan layanan stress management, salah satunya menghilangkan trauma yang ku miliki. Dan lambat laun sembuh dengan menggunakan TRE, Natural Trauma Healing, dan disempurnakan oleh Tools Access Bars.
Kita bahas trauma yuk, biar mentemen juga, tahu apa dan bagaimana itu trauma bisa terjadi, berdasarkan pengalamanku.
Apa itu Trauma?
Trauma adalah respons emosional terhadap peristiwa buruk yang menimpa seseorang seperti kecelakaan, bencana alam, dan yang lainnya. Kejadian yang tidak menyenangkan ini membuat orang yang mengalaminya merasa tidak aman dan tidak berdaya dan mereka anggap akan mengancam fisik atau emosional yang berbahaya.
Hanya saja, perasaan trauma tidak bisa diukur dari kejadian yang dialami, tapi bagaimana menerima atau menanggapi peristiwa tersebut.
Tanda & gejala trauma
Gejala yang muncul bagi setiap individu bisa sangat beragam, mulai dari gejala fisik hingga psikologis. Sementara itu, respons yang muncul pun dari masing-masing individu terhadap kejadian traumatis bisa sangat berbeda-beda. Namun, reaksi terhadap trauma adalah hal yang normal, karena reaksi atau gejala ini merupakan bagian dari proses alami tubuh untuk pulih dari trauma yang dialaminya.
Reaksi atau gejala yang sering muncul:
- Reaksi mental. Sulit menghindari pikiran yang mengganggu berkaitan dengan kejadian traumatis dan terus -menerus teringat tanpa bisa dikendalikan
- Reaksi emosional. Munculnya rasa takut, panik, cemas, depresi, mati rasa bahkan sedih pun
- Reaksi fisik. Detak jatuk meningkat, mengalami gangguan tidur, sakit kepala, kelelahan.
- Reaksi perilaku. Akan berusaha menghindari berbagai hal yang mengingatkan terhadap kejadian traumatis.
Saat melihat kecelakaan lalu lintas di jalan atau mendengar dentuman suara tabrakan, otomatis ingatan dan emosi pun beraksi. Ketakutan, mlipir ke pinggir lalu meninggalkan kendaraan, lalu jongkok menutup telinga, mata, kepala sambil ngefreeze.
Trauma adalah hal yang sangat wajar. Perasaan trauma ini juga bisa hilang dengan sendirinya, selama ada dukungan dari teman dan keluarga terdekat. Mungkin buatku, trauma ini hanya bisa dirasakan sendiri, karena bagi sebagian besar tatkala menceritakan trauma ini, mereka anggap biasa bahkan hanya bisa menyalahkan.
Salah satu yang ku lakukan adalah dengan menulis , beberapa kali aku mencurahkan traumaku, lalu sembuh dengan sendirinya. Kemudian, muncul lagi ketika ada trigger, seperti halnya kejadian saat dibonceng ini, kembali hadir. Padahal ku menyadarinya, butuh waktu dan proses buatku mneyembuhkan diri sendiri.
Penyebab Trauma
Banyak hal yang menyebabkan trauma ini, yang menimpaku salah satunya cedera traumatis yang disebabkan oleh kecelakaan, terjatuh, trauma akibat benda tumpul kena kepala atau bagian tubuh lainnya, luka bakar dan masih banyak lagi.
Cara mengatasi trauma
Sejujurnya aku butuh pertolongan yang memang ahli, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma, di antaranya adalah:
1. Terapi
Menjalani psikoterapi atau terapi psikologi, dianggap salah satu yang paling efektif, khususnya jika sudah tidak bisa mengatasi kondisi ini secara mandiri atau dengan bantuan orang terdekat.
2. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tertentu berdasarkan resep dokter dapat membantu mengatasi trauma, tidak sembarangan obat yang diminum ya, meski sudah mengonsumsi obat-obatan, dokter tetap melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi kesehatan.
3. Tindakan mandiri di rumah
Harus ada kemauan dari diri sendiri untuk terlepas dari trauma yang dialami. Mereka ahli medis, psikoterapi hanya mendukung dan mnegarahkan, selebihnya dirimu yang berkuasa, mau melepaskan trauma itu ga?
“Bersediakah kamu melepaskan traumamu? ” itulah yang sering dutanyakan oleh dokter saat memfasilitasi menyembuhkan traumaku.
Trauma adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman yang buruk menimpa. Terkadang dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh terkena pukulan benda tumpul atau tiba-tiba terbentur.
Aku terbentur, terkapar di jalanan aspal dan kendaraanku sudah tak berbentuk, seiring dengan wajahku yang tak ku kenal. Masih diberikan kehidupan kedua saja sudah bersyukur.
Jenis cedera yang seperti ini berbahaya karena tubuh dapat mengalami shock sistemik, dan organ vital dapat berhenti bekerja secara cepat. Oleh karena itu, penolongan secara medis tidak hanya dibutuhkan, namun juga harus cepat diberikan agar dapat meningkatkan kemungkinan pasien selamat dari trauma.
Lampu-lampu operasi menyala, suara alat-alat itu mengorek-ngorek dimulutku, rasanya pengen berontak, apa daya tubuh terkapar tak berdaya.
Bersyukur, berada di lingkungan yang sangat mendukung dan belajar terus tentang pengembangan diri, dengan layanan yang diberikan di Regenesis by Lineation membuatku ingin berubah. Iya, cukup dengan menyadari aku mempunyai trauma, khususnya trauma kecelakaan yang merembet pada sekitarnya. Lalu mengakuinya ” aku takut” dengan trauma tersebut. Kemudia menyadari bagaimana cara melepaskan trauma itu dalam diriku.
SADARI-AKUI-LEPASKAN, memang tidak mudah. Butuk praktek dan latihan terus menerus. Dengan kekuatan dan kemauan dari dalam diri sendiri, ga ada yang ga mungkin. Hidup selalu penuh dengan keajaiban jika kamu memilih apa yang terbaik buatmu.
Makasih loh, sudah mengingatkan aku kembali dengan traumaku. Konstribusi buatku, agar aku bisa belajar percaya dan menerima kebaikan orang lain, bahkan sampai hal kecil saja, untuk duduk di belakang harus menerima.
Huh, lega rasanya bisa berbagi trauma saat dibonceng ini, hal biasa bagi yang lain saat dibonceng. Namun luar biasa buatku untuk meredakan segala reaksi yang ada dalam tubuh. Semoga mereka yang tidak pernah mengalaminya, dapat memahami trauma kecil ini, tapi berdampak besar bagi si penyintas trauma ini.
Yuk, sama-sama support. Kamu ga perlu mengerti atau berusaha memahami. Cukup didengarkan saja, tidak menghakimi, itu sudah membuat tenang.
Btw gimana, mentemen punya trauma apa yang saat ini dirasakan, atau sedang merasakan atau pernah terjadi ?
Comments (23)
Nurul Sufitri
November 4, 2021 at 2:26 PMYa Allah, teh Nchie…. Ngomongin soal kecelakaan motor, aku pun pernah mengalaminya 🙂 Sampai ga bisa jalan, tubuhku terlempar tapi masih bersyukur kena tanah kebun di pinggir jalan. Iya sih trauma sulit dihilangkan, pasti butuh waktu yang ga sebentar. Apalagi pas dengar suami motor duuuh rasanya ga percaya sama yang boncengin kita ya 🙂 Maunya kita aja yang nyupirin hehehe. Lepaskan dan banyak berdoa insya allah pelan2 bisa 🙂
Ana Ike
November 4, 2021 at 6:30 PMYa Allah, semoga bisa segera pulih dari trauma yaa, Teh.
Aku juga pernah trauma berat sama kendaraan dan jalan raya. Kecelakaan besar di jalan tol Semarang waktu SMP. Alhamdulillah aku cuma memar meski kelempar puluhan meter. Mobil remuk, om ku parah. Keluarga kelempar kesana sini. Abis itu setiap denger ambulance dan diboncengin/disetirin kenceng dikit aku nangis2 kaya kesurupan. Sebelahan ambulance aja aku nangis gemeteran, ketakutan. Orang2 kalo boncengin aku malah senewen karena ku marahin terus. Akhirnya kemana2 naik taksi, bis, angkot ☹️
Baru setelah bisa naik motor dan nyetir sendiri agak reda traumanya.
Nggak nyangka aja bisa ada di posisi saat ini, berani bawa kendaraan sendiri, huhu.
Wiwied Widya
November 4, 2021 at 8:12 PMDuh Teteh… aku juga pernah kecelakaan motor gitu teh. Mungkin nggak seseram yang dialami Teteh, tapi lumayan juga. gegar otak tuh. Bahkan sampai sekarang pun bagian kiri wajah belum pulih bener. Kadang suka kesel aja sih, kecelakaan juga bukan karena salahku kenapa harus aku yg nanggung akibatnya gt.
Suciarti Wahyuningtyas
November 5, 2021 at 8:40 AMMengatasi trauma kecelakaan itu memang gak mudah menurutku, karena aku pernah jatuh dari motor karena ditabrak juga alhasil sampai sekarang tuh gak berani bawa motor sendiri karena takut. Apalagi lihat kondisi jalanan sekarang ini.
Nanik Nara
November 5, 2021 at 9:12 AMAku juga pernah mengalami kecelakaan motor mbak, tabrakan dan terpental jauh jatuh ke aspal. Tahun 2004. Sejak itu jadi trauma, nggak berani naik motor lagi. Ke mana-mana naik angkot, taksi atau becak, atau bahkan jalan kaki.
Sering diledekin teman/tetangga. Punya motor tapi kok dianggurin aja di rumah, kemana-mana jalan kaki.
Baru berani naik motor lagi 2012, gara-gara anak tangannya keseleo, harus dibawa ke tukang urut. Suami pas di luar kota. ART nggak bisa naik motor. Telpon taksi lama banget nggak datang, akhirnya bismillah. Walau deg deg an dan keringat dingin mengalir, tapi demi anak, akhirnya bisa juga
Arenga
November 5, 2021 at 12:53 PMMengalami trauma itu gak enak banget. Nchie mengalami kalau dibonceng ya, tapi kalau mengendarai motor tidak. Mungkin karena berpikir bahwa kalau mengendarai sendiri, motornya di bawah kekuasaan kita kali ya, bukan orang lain.
Semoga dengan bantuan manajemen stress, trauma jatuh dari motor bisa hilang ya Cik. Kan gak enak banget itu, seperti aku trauma di sosor soang waktu kecil. Kalau lihat soang sekarang, biar pun dari jauh jantung langsung berdebar dan keluar keringat 🙂
Katerina
November 5, 2021 at 3:20 PMYa Allah Teh Nchie, pernah mengalami kecelakaan rupanya. Alhamdulillah kondisi fisik sekarang sudah baikan ya teh. Kalau aku trauma dengan kecelakaan yang dialami anakku. Jadi setiap anakku atau suamiku keluar rumah, aku dilanda khawatir berlebihan. Bahkan tiap lewat tempat kejadian anakku celaka, aku gemetar.
Cindy Vania
November 5, 2021 at 7:38 PMmemang ga mudah ya teh untuk melupakan trauma. bagaimana kalau untuk anak-anak ya? apakah ada cara khusus untuk melepaskan traumanya? terutama yang masih kecil banget atau yg sekolah dasar gitu?
Naqiyyah Syam
November 5, 2021 at 9:00 PMaku juga mengalami trauma kecelakaan awal2 kejadian, namun setelah itu alhamdulillah berani lagi. Sempat sedih lihat anakku sempat terdiam saat kejadian. Tidak nangis tapi dia seperti bingung dan ketakutan.
diane
November 6, 2021 at 6:51 AMPernah sih teh..tapi bukan kecelakaan..Waktu itu lagi onair..trus ada angin puting beliung.. Kalau studio siaran itu kan dari kaca jelas banget ya ngeliat luar ruangan..Ngeliat antena pemancarnya roboh kena tiang listrik. Duh untung sih gak kena ke ruang siaran..sampe sekarang takut banget kalau ada angin gt.. kejadiannya tahun 2003 apa 2004 gt..
Nurul Rahma
November 6, 2021 at 7:11 AMTeh….
Aku baca ini sembari membayangkan putra dan baby sitter nya Vanessa Angel.
Pastinya mereka sangat trauma y
Hidayah Sulistyowati
November 6, 2021 at 5:15 PMAku justru takut dibonceng sejak pandemi karena jarang keluar rumah. Dan sebenarnya aku juga pernah terkapar di jalan meski beruntung hanya lecet di lutut yang bikin nggak bisa jalan selama 3 hari. Trauma iya sih,aku sampai merem mataku kalo bonceng motor. Dan itu pun yang deket rumah aja. Eh jangan-jangan traumaku muncul lagi ya, karena sekarang kalo dibonceng lewat jalan raya itu selalu pegangan kenceng.
Helena
November 6, 2021 at 7:21 PMYa Allah Teh, ternyata … iya ya efeknya sampai sedalam itu. Bukan lari tapi akui, sadari, lalu lepaskan kenangan itu pergi. Bersyukur dengan keadaan saat ini
Sri Widiyastuti
November 6, 2021 at 8:04 PMYa Allah Teh Nchie, ternyata punya trauma kecelakaan yaa. Moga sekarang sudah semakin membaik ya teh. Apalagi dengan support dari orang-orang tercinta, lambat laun akan sembuh. Kalau saya bukan trauma kecelakaan teh tapi phobia ketinggian dan phobia mengendarai mobil sendiri, sok sieun. Makanya meski dah belajar nyetir mobil, gak pernah berhasil nyetir sendiri ^_^
Dian
November 6, 2021 at 9:09 PMYa Allah teteh .
kok sama, aku juga punya trauma kecelakaan teh
dihitung hitung aq da 4x kecelakaan dari motor
asli takut tiap naik motor, tapi gmn lagi
mobiltas sehari-hari ya pare motor
Witri Prasetyo Aji
November 6, 2021 at 9:13 PMTrauma itu efeknya banyak banget ya Teh? Tapi soal bonceng membonceng motor ini, aku tuh lebih suka di depan, kecuali kalau ama suami… Kalau ama temen atau siapa, sering bgt takut dan bawel, padahal kalau aku yg nyetir kadang ya agak ngebut…
echaimutenan
November 6, 2021 at 11:08 PMhati2 selalu mbak di jalan inget keluarga
akupun pernah kecelakaan jadi udah mulai was2 kalau mau belok riting dari jauh
cuma ga pernah sampe ga pengen naik mobil atau motor lagi karena kebutuhan hehehe
Armita Fibriyanti
November 8, 2021 at 5:17 AMYa Allah Teh, bersyukur banget selamat ya dan diberikan kesempatan hidup yang kedua. Dan sekarang sudah ditangani profesional untuk mengurangi rasa traumanya.
Rina Susanti
November 8, 2021 at 4:41 PMSempat trauma belajar sepeda waktu kecil akhirnya ga mua belajar akhirnya pas usia 30 an mulai belajar sepeda lagi krn pengen bisa naik motor heheh
Damar Aisyah
November 8, 2021 at 4:55 PMSaya juga pernah trauma naik motor dan sepeda, teh. Naik sepeda jatuh nabrak tembok, habis itu dimarahi ibu, mana sepeda pinjaman pula. Sejak saat itu gak pernah mau naik sepeda. Sekarang pun, kadang-kadang masih suka ngeri kalau lihat anak-anak sepedahan. Padahal ya gak kenapa-kenapa selain beset di siku dan lutut. Naik motor juga gitu, gara-gara jatuh pas dibonceng. Sempat takut dibonceng orang juga. Tapi perlahan mulai beranii cuma kadang masih suka tegang di kaki. Emang kalau terlanjur trauma itu nggak mudah kok. Kadang perlu tenaga profesional untuk membantu prose healing.
Dian Restu Agustina
November 10, 2021 at 10:10 AMSemoga traumanya sudah makin pulih dan membaik ya Teh…
Memang ya, SADARI-AKUI-LEPASKAN, tu tidak mudah. butuh waktu, proses dan bantuan ahli jika perlu
Hana Aina
November 11, 2021 at 5:53 PMBeberapa kali saya melihat langsung terjadinya kecelakaan. Termasuk pagi tadi dimana seorang lelaki mengalami kecelakaan tunggal dengan menabrak separator. Duh, berkali-kali melihat kecelakaan langsung, saya berdoa semoga ini tidak menjadikan saya trauma karena saya sendiri juga pengguna motor. Meski akhir-akhir ini sering tiba-tiba cemas saat berkendara. Musti lebih waspada, ya.
Nyi Penengah Dewanti
November 12, 2021 at 12:36 AMTeh aku juga dah dua kali kecelakaan banget, dan sebulan2 baru sembuh
sedih rasanya, tapi harus belajar juga bangkit dan berhati-hati lagi
makasih tipsnya ya teh