Peran Edukasi Bidan Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak. Salut dengan keberadaaan Bidan dari jaman dulu sampai sekarang yang selalu sabar menangani proses persalinan. Berdasarkan pengalaman pribadi yang memilih untuk melahirkan di Bidan karena ketelatenan dan kesabarannya. Bidan menjadi salah satu profesi atau tenaga medis yang berperan penting dalam upaya kesehatan ibu dan anak. Selain membantu proses persalinan, bidan juga membantu mengontrol perkembangan kesehatan ibu hamil mulai dari awal mengandung hingga pasca kelahiran dan bagi sebagian besar masyarakat bidan adalah akses terdekat untuk mendapatkan layanan kesehatan untuk keluarga, terutama perempuan dan anak.
Selain itu, peran bidan juga menyampaikan manfaat air susu ibu (ASI) menjadi sangat strategis karena bidanlah yang banyak berhubungan langsung dengan ibu pasca melahirkan. Makanya, bidan menjadi salah satu poros pemberi edukasi kepada para calon ibu mengenai pola makan bayi. Sebagai mitra dalam mengawal kesehatan perempuan sepanjang siklus kehidupan, bidan merupakan ujung tombak bagi optimalisasi 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Karena itu, apa yang disampaikan bidan kepada masyarakat menduduki peranan penting dalam proses edukasi gizi dan kesehatan keluarga.
Jaman sekarang ini yang serba digital, bidan pun dituntut untuk terus mengedukasi literasi gizi kepada masyarakat, karena dalam beberapa waktu terakhir banyak bayi maupun anak-anak terkena diabetes karena asupan makanan yang mengandung banyak kadar gula. Terutama mengenai isu pemberikan susu kental manis sebagai susu pengganti ASI. Ini penting sekali untuk dipahami, karena menyebabkan stunting dan obesitas.
Pencegahan Gizi Buruk Bersama YAICI dan IBI
Bahagianya bisa berkumpul dengan para Bidan-Bidan dalam satu Seminar yang diadakan oleh YAICI bersama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam upaya menyebarluaskan dan meningkatkan derajat Kesehatan dan pengetahuan gizi melalui kegiatan Seminar Nasional.
Dengan tema “Penguatan Peran Edukasi Bidan untuk Masyarakat Dalam Rangka Mencegah Terjadinya Gizi Buruk” berlangsung pada tanggal 11 Agustus 2022 di Fave Hotel, Paskal 23 Bandung dihadiri oleh 2000 anggota Bidan Jawa Barat, media dan juga blogger (baik secara hybrid, online dan offline). Hadir sebagai nara sumber yaitu Bapak Arif Hidayat, SE,MM selaku ketua Harian YAICI, dr. Alma Lucyati M. Kes, M. Si, MH. Kes, PDUI Jawa Barat. Hadir juga Maman Suherman, penulis & pegiat literasi serta Khalida Yurahmi, S.Psi, M.Psi Psikolog Klinis Dewasa.
Mari kepoin apa yang mereka sampaikan, yuk!
Ketua harian YAICI, Arif Hidayat mengatakan, upaya-upaya pencegahan stunting, diantaranya :
- Edukasi gizi yang menyasar langsung kepada masyarakat perlu terus menerus di lakukan. Bidan adalah profesi yang dekat dengan masyarakat, sudah sepatutnya memberikan edukasi gizi yang tepat kepada masyarakat. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang banyak membantu persalinan, tentu juga sangat dekat dengan masa 1000 HPK.
- Memberikan informasi-informasi yang tepat kepada para ibu dengan memastikan pemenuhan kebutuhan gizi saat hamil, memastikan inisiasi menyusui dini, pemberian ASI hingga pada saat MPASI nanti. Pentingnya, saat anak mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI, bidan harus menginformasikan apa saja yang bolah dan tidak boleh. Jangan sampai bidan membiarkan masyarakat menambahkan susu jenis kental manis dalam menu MPASI, atau memberikan susu jenis kental manis sebagai minuman susu untuk balita.
Begitupun hadirnya Ketua IBI provinsi Jawa Barat, Ibu Hj. Eva Riantini. Amd. Keb., S.Sos.,M.Kes, dalam sambutannya
menyampaikan bahwa bidan merupakan tenaga profesional serta lini terdepan yang bertanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Peran dan strategi bidan dalam mewujudkan Generasi Emas tahun 2045 yang sehat, cerdas, dan berkualitas yaitu salah satunya melalui upaya penurunan stunting.
Acara dari pagi menjelang siang makin seru bahasannya, Staf Ahli Gubernur Jawa Barat Bidang Ekonomi dan Pembangunan, dr. Berli Hamdani Gelung Sakti, MPPM, menjelaskan rata-rata penurunan stunting dalam 3 tahun terakhir di Jawa Barat sebesar 1,35% per tahun. Tahun 2021, prevalensi stunting di Jawa Barat termasuk dalam
kategori tinggi. “1000 HPK itu merupakan masa-masa yang paling menentukan dalam tumbuh kembang seorang balita.
Jadi setiap tahapan dalam siklus kehidupan juga akan berpengaruh pada penurunan stunting itu sendiri. Disini peranan bidan penting dalam pencegahan dan tatalaksana gizi buruk melalui edukasi baik di posyandu atau masyarakat maupun di fasilitas Kesehatan dan menjadikan anak–anak Jawa barat juara lahir dan batin serta siap berkompetisi global.
Nah, suka banget dengan style dan paparan dari Nara Sumber yang kece ini, bikin suasana tambah hidup dan bergairah. Cara memberikan materi juga sederhana namun membuat kami yang hadir terkesima dan fokus pada beliau yang jalan-jalan kesana kemari menghampiri ke setiap meja.
Hadir, Perwakilan PDUI Jawa Barat. Alma Lucyati, M.Kes, M.Si, MH.Kes., yang menyebutkan prioritas seluruh pihak terutama bidan terkait dalam pencegahan stunting yaitu dengan memprioritaskan remaja, ibu hamil, maupun bayi dan baduta. Bidan harus paham peraturan seputar kesehatan terutama soal gizi, terlebih saat memberikan edukasi asupan gizi yang optimal, lengkap dan seimbang melalui berbagai kegiatan inovatif. Hal ini juga untuk mencegah agar balita di tahun 2023/2024 saat diukur, rendah dibawah 14%.
Siapa yang ga kenal dengan Penulis dan Pegiat Literasi, Maman Suherman, sangat familiar banget. Beliau menjelaskan bahwa literasi gizi di kalangan ibu rumah tangga dan bidan perlu dilakukan. Terutama saat membaca “iqro” komposisi yang tertera pada susu yang akan dibeli , kita bukan musuhin produk susu yang beredar di masyarakat, namun kental manis yang mereka jual itu sangat berbahaya untuk anak-anak. Karena kandungan komposisi yang ada didalamnya itu lebih banyak gulanya.
Untuk nara sumber yang terakhir adalah Psikolog Klinis Dewasa, Khalida Yurahmi, S.Psi., M.Psi., yang tutut menjelaskan bahwa masalah stunting bisa terjadi berawal dari permasalahan kondisi psikologis (cemas dan depresi) pada
calon ibu atau ibu muda. Bagaimana pun Bidan harus bisa memahami psikologis calon ibu atau ibu hamil, dimana nantinya mereka bisa melahirkan anak yang sehat dan cerdas. Cara komunikasi dengan pasien dan memberikan informasi harus dengan tepat.
Faktor Penyebab Gizi Buruk
Sebagaimana diketahui, bahwa tingkat literasi gizi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Tentu saja masih banyak ditemukan pola-pola pengasuhan dan pemberian makan pada anak hanya berdasarkan kebiasaan generasi sebelumnya (ceritanya turun temurun). Selain itu, faktor iklan berbagai produk pangan juga memiliki peran besar dalam mempengaruhi persepsi masyarakat.
Kesalahan pengasuhan anak pada masa 1000 HPK faktor yang menyebabkan masalah gizi di Jawa Barat. Hari Pertama Kehidupan yang merupakan fase penting di mana anak bertumbuh kembang dengan cepat danakan berdampak buruk bagi tumbuh kembang dan kualitas anak dimasa produktifnya kelak. Permasalahan yang sering terjadi di antaranya adalah terdapat keluarga yang tidak bisa mendapat akses sanitasi yang layak, terdapat daerah dengan kerawanan pangan atau penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sehingga menimbulkan permasalahn gizi buruk.
Persepsi Masyarakat Terhadap SKM. Menurut penelitian yang dilakukan oleh YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia) yang melibatkan berbagai mitra, bahwa mengenai Susu Kental Manis sebagai minuman harian anak berlangsung dari tahun 2018 hingga 2020 , mendapatkan hasil diantaranya:
- Pengetahuan tentang SKM yang beranggapan bahwa SKM susu adalah karena mis-informasi iklan
- Pemberian SKM lebih dari 10% Ibu memberi SKM kepada anak sebagai minuman harian, 1-2 hari sekali diusia 0-2 tahun dengan porsi 1 gelas/hari takaran lebih dari 3sdm.
Iklan SKM yang selama ini ada di media menggambarkan sebagai minuman susu bernutrisi untuk anak. Hal ini telah membentuk persepsi yang salah kepada ibu-ibu dan menganggap bahwa SKM bisa diberikan kepada anaknya yang masih balita. Bukan hal yang mudah untuk merubah persepsi masyarakat yang sudah terlanjur salah tentang SKM yang sejak 1 abad diiklankan sebagai minuman bergizi bagi anak. Ditambah masih ada tenaga kesehatan, salah satunya bidan yang masih menginformasikan skm adalah susu.
Mengenal Stunting
Gizi buruk adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh mendapatkan asupan nutrisi terlalu sedikit atau justru terlalu banyak. Dampak gizi buruk juga gak bisa dianggap sepele, selain bisa melemahkan daya tahan tubuh juga bisa memicu berbagai macam penyakit diantaranya stunting. Stunting itu sendiri adalah kondisi tubuh pendek (dibawah standar) akibat kurang gizi kronis, dengan tanda-tandanya berat badan tidak naik dan cenderung menurun, petumbuhan gigi terlambat, kemampuan belajar menurut, begitupun secara fisik tubuhnya pendek di bawah rata-rata.
Meski Badan POM telah mengeluarkan Perka No.31 tahun 2018 terkait label dan iklan pada kental manis, namun masyarakat tidak langsung paham dan tahu, apalagi masyarakat di pinggir jalan atau di desa yang tidak terjangkau oleh akses informasi seperti media sosial. Hal ini juga disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Semoga dengan adanya Seminar ini, makin menguatkan peran edukasi Bidan di masyarakat guna mengurangi gizi buruk di Indonesia. Terutama buat kita semua yang membaca atau masyarakat pun turut berperan aktif dalam mengedukasi bahwa SKM bukan susu!
Comments (23)
Nurul Sufitri
August 15, 2022 at 6:12 PMWah, acara ini berbobot sekali, apalagi soal edukasi kesehatan ibu dan anak ya teh 🙂 Soal gizi buruk ini sepertinya harus disosialisasi lebih datil kepada masyarakat. Terutama kental manis yang ga sedikit orang2 beranggapan itu adalah susu padahal kan lebih ke gula. Bagaimanapun peras ASI tentu paling utama disertai asupan bergizi harian ya.
Ucig
August 16, 2022 at 8:26 AMdari yg dekat masyarakat ya teh, bidan. Biasanya edukasi gini bisa lebih tepat sasaran. SKM dulu aku suka dikasih nih, tapi nggak suka haha terlalu manis dan enek aja gitu. Ternyata kan memang bukan susu ya teh. Yg ada bisa obesitas deh minum SKM. SKM cocoknya dijagung manis pake keju atawa di martabak euy heheuuu
Ika Puspitasari
August 16, 2022 at 8:28 AMUdah banyak edukasi tentang SKM yang ga boleh dikasihkan ke bayi dan balita karena SKM memang bukan susu ya. Apalagi kasus stunting masih banyak di negara kita. Semoga dengan banyak edukasi kesehatan semacam ini, kasus stunting di Indonesia jadi berkurang
Nanik Nara
August 16, 2022 at 4:08 PMwah prevalensi angka stunting di Jabar tergolong tinggi? kaget saya baca bagian ini mbak. Semoga persentase penurunan angka stunting pertahun bisa semakin besar ya.
Saya juga melahirkan 3 kali pilih dibantu bidan, telaten banget. pas pertama melahirkan, saya yang belum punya pengalaman dan merasakan kesakitan udah merengek-rengek minta operasi saja, tapi bidannya menyemangati saya untuk berjuang melahirkan normal
Rella Shaliha
August 16, 2022 at 9:03 PMNah, bagus nih.. bidan-bidan kan hampir selalu ada ya di desa-desa jadi lebih dekat dan lebih down to earth kena ke masyarakat sasaran edukasi. Selain dari peran para edukator, dari sisi brand juga kental manis tuh mmg harus branding branding terus menegaskan bahwa produknya bukan susu. Semoga ke depannya ngga ada lagi yg salah kaprah yaaa…
leyla
August 17, 2022 at 8:57 AMSetuju banget nih. Bidan-bidan tombak pertama edukasi tentang gizi ini, karena bersentuhan langsung dengan para ibu di pedesaan. Semoga para bidan ini mampu mengemban tugas edukasi ya biar bisa empaskan stunting.
Ovianty
August 17, 2022 at 9:18 AMAda pak maman suherman aku juga suka beliau, cara penyampaiannya bagus dan enak. Memang iqro itu penting ya, baca komposisi gizi untuk makanan dan minuman yang akan diberikan pada anak. Stunting bisa dicegah, supaya generasi mendatang bebas stunting.
Dennise Sihombing
August 17, 2022 at 10:29 AMAku jadi ingat ketika adikku beberapa waktu yang lalu melahirkan di bidan. Sudah di wanti-wanti untuk memberikan ASI eksklusif dan setelah lepas ASI jangan memberikan SKM. Sekarang anaknya sudah 2 tahunan, montok sehat. Selain gizi teh, ibunya juga memberikan susu bubuk / sesekali susu sapi murni
Bibi Titi Teliti
August 17, 2022 at 11:02 AMSemoga aja dengan diadakannya berbagai edukasi seperti ini akan semakin banyak para ibu yang sadar tentang bahayanya stunting atau gizi buruk yaaah. Dan jangan ada lagi ibu yang memberikan kental manis sebagai pengganti susu buat anaknya, parah sih kandungan gulanya banyak beneer
Rach ALida
August 17, 2022 at 11:48 AMHai mba. Aku setuju banget dengan apa yang disampaikan Kang Maman. Bagaimanapun juga kita harus lebih mencermati informasi yang ada di kemasan susu kental manis. Betapa bagaimana seharusnya dikonsumsi . Semoga makin banyak yang melek
Gusti yeni
August 17, 2022 at 12:12 PMAcaranya kereen ya bun…
Memang sih banyak masyarakat kita tuh lebih afdol ke bidan apalagi di pedesaan yaa.
Dulu aku pas hamil kepikiran ke bidan saking pengennya bisa melahirkan normal tapi karena di komplek perumahan jauh dari bidan akhirnya hunting dokter yg pro normal.
Melahirkan dan priksa di bidan murah juga teliti kecuali untuk melahirkan yg memiliki resiko yaa sangat tidak di sarankan.
Hidayah Sulistyowati
August 17, 2022 at 3:01 PMSEdih kalo masih ada banyak anak yang mengalami stunting ya Teh, apalagi di kota besar juga ada tuh.
Pemberian makanan yang nutrisinya mencukupi semoga bikin anak tumbuh sehat. Yang terpenting memang pemilihan susu sesuai umur, dan jangan beri SKM karena kandungannya kebanyakan gula, susunya cuma dikit
lendyagassi
August 17, 2022 at 5:07 PMTernyata menjadi seorang calon Ibu ini banyak sekali hal yang harus dipelajari yaa, teh..
Jangan sampai memperoleh informasi yang salah karena kini adanya edukasi yang baik untuk para Ibu sudah semakin digalakkan. Semoga anak-anak Indonesia tumbuh dengan optimal karena kecukupan pemenuhan gizi dari keluarga.
HM Zwan
August 17, 2022 at 7:58 PMBersyukur sekali sekarang banyak sekali info atau edukasi tentang gizi. Paling sedih kalau masyarakat terutama yang di desa masih percaya kalau SKM ini baik untuk anaknya :(.
Acaranya menarik sekali ini teh, banyak dapet ilmu tentang pentingnya edukasi gizi khususnya untuk ibu
Suciarti Wahyuningtyas
August 17, 2022 at 8:00 PMDuh iya ih ini sedih ya masih ada yang mengira bahwa SKM itu adalah susu, lebih sedihnya pun dikonsumsi oleh balita yang mana sedang masa pertumbuhan. Edukasi yang seperti ini tuh membantu sekali untuk mereka-mereka yang kurang paham apa itu SKM. Aku pernah ya mewawancari seorang ibu didaerah, kenapa dia kasih anaknya SKM? Alasannya lebih enak dan murah, duuuhhhh…
April Hamsa | Mom Blogger
August 17, 2022 at 8:31 PMBidan memang salah satu ujung tombak utk edukasi ke masyarakat ya mbak utamanya ke para bumil dan busui yang akan ada baby. Soalnya emang soal SKM ini kyk udah salah kaprah sejak zaman emak2 kita dulu. Alhamdulillah belakangan makin banyak edukasinya shg bisa menjadi pencegah anak2 generasi berikutnya kekurangan gizi.
Nia Haryanto
August 17, 2022 at 9:23 PMPeran bidan ini memang besar banget. Apalagi di kampung-kampung kayak di tempatku. Di mana para ibu masih pada jarang yang ke dokter atau faskes-faskes. Banyaknya mereka masih pada ke bidan. Di sinilah perannya bidan yang bermain. Semoga dengan semakin banyaknya kegiatan edukasi bidan, semakin banyak ilmu yang diberikannya ke masyarakat. Terutama para ibu. Supaya kasus gizi buruk dan stunting semakin menurun ya di kita.
Lisdha www.daily-wife.com
August 17, 2022 at 10:56 PMAuto ingat dan kangen kakakku yang berprofesi sebagai bidan deh.. Memang bidan termasuk garda depan pembangunan masa depan. Urusan utamanya adalah bumil, bayi dan balita…kan generasi masa depan tuh..
Beberapa tahun tinggal di Jabar, jadi agak2 paham kalau tingkat stuntingnya masih tinggi. “Kebetulan” termasuk provinsi dengan penduduk yang buanyaaaak, jadi masalahnya lebih kompleks kan teteh..
Tapi, bukan persoalan Jabar saja sih ya…
Ini masalah Indonesia. Semoga upaya pemerintah untuk menekan angka stunting terus mendaat kemajuan.
Ria Rochma
August 17, 2022 at 11:40 PMAku jadi ingat betul, saat lahiran anak kedua, yang menjelaskan soal ASI adalah bidan. Dan beliau enak banget menjelaskannya, membuatku nyaman dalam memulai mengASI kembali
Syarifani
August 18, 2022 at 1:42 PMWaktu melahirkan yang setia bantu dari awal masuk sampai pulang para bidan ini. Mereka ngajarin gimana cara menyusui, cara mandikan anak, ganti popok. Perannya sangat besar, seneng peran mereka bisa dilibatkan untuk mencegah stunting juga.
Biasanya di posyandu, para bidan ini kasih penyuluhan dan vaksin
Helena
August 22, 2022 at 7:09 AMberasa banget loh peran bidan dan para nakes untuk kesuksesan ibu hamil dan menyusui. Saat jadi ibu kadang itu bingung anak ini harus diapain termasuk kasih makan apa. Seperti ASI eksklusif aja masih ada yang belum tahu bahwa bayi di bawah usia 6 bulan ya cukup ASI, jangan dikasih pisang atau malah kopi.
Tian Lustiana
August 22, 2022 at 8:22 AMTetangga Tian juga masih ada loh teh yang memberikan Kental Manis ke anaknya, dengan dalih anaknya lebih suka susu itu, duh padahal kan itu bukan susu yah. Semoga makin banyak sosialisasinya nih supaya anak – anak Indonesia makin sehat dan bertumbuh sesuai standarnya. Aamiin.
Cindy Vania
August 22, 2022 at 8:02 PMJadi ibu itu bener2 yaaa harus belajar dr awaal bgt dan ga ada stop deh. Tiap tahun kudu update ilmu terus.
Yes bener bgt SKM bukan susu yg bisa dikonsumsi langsung yaa.. buat topping masih oke tp tetep dibatasi sama cek usia sih baiknya ya teh 🙂 komplit bgt ini teh