Ketiga seni arak-arakan dari Ciamis itu ada yang sudah dikenal sejak zaman dahulu dan menjadi seni tradisional yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Ada juga yang sengaja dibuat untuk mengenang mata pencaharian penduduk setempat atau diciptakan sebagai bagian kreasi seni yang kemudian berkembang menjadi seni tradisional yang terus dilestarikan.
Mengenal Tiga Ikon Seni Arak-arakan dari Ciamis . Kebudayaan di Jawa Barat banyak banget untuk diceritakan, salah satunya di Kabupaten Ciamis yang memiliki kesenia, biasa ditampilkan dalam berbagai helaran. Ada tiga ikon seni arak-arakan dari Ciamis yang sering hadir dalam berbagai pawai atau karnaval yang digelar di Ciamis maupun di acara seni dan budaya di beberapa daerah di Indonesia.
Berikut ini tiga seni arak-arakan dari Ciamis yang sudah menjadi ikon dan tengah populer di pentas seni dan budaya yang digelar di beberapa daerah di Indonesia:
Bebegig Sukamantri
Seni tradisional yang satu ini ada pula yang menyebutnya sebagai Bebegig Baladewa, namun kesenian ini lebih dikenal dengan nama Bebegig Sukamantri. Pasalnya kesenian yang satu ini berasal dari masyarakat Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Bebegig Sukamantri ini berwujud topeng yang bentuknya dibuat menyeramkan. Wajahnya terlihat sangar dengan sepasang mata melotot yang dilengkapi giginya yang bertaring. Topeng dalam bebegig tersebut terbuat dari kayu. Topeng juga diberi ornamen lain dari berbagai daun dan bunga-bungaan, seperti daun waregu, bunga hapaan, bubuay, pipicisan dan caringin yang dijadikan sebagai bahan mahkota bebegig.
Topeng bebegig ditampilkan oleh seseorang yang mengenakan pakain dari injuk. Bebegig Sukamantri juga dilengkapi dengan kolotok, yaitu sejenis lonceng yang dikalungkan pada hewan ternak seperti sapi dan kerbau yang mengeluarkan bunyi-bunyian khas.
Topeng bebegig bukan hanya dikenakan oleh orang dewasa, namun juga dikenakan anak-anak usia 15 tahun. Kalau pada orang dewasa topeng bebegig memiliki berat hingga 60 kilogram, maka topeng untuk anak-anak beratnya hanya 30 kilogram saja.
Bebegig Sukamantri sering ditampilkan pada acara pawai atau arak-arakan. Biasanya ada 10 higga 20 bebegig yang berjalan beriringan pada pawai atau karnaval seni. Diiringi dengan music tradisional gamelan dan bedug, kesenian bebegig dari Sukamantri, Ciamis ini juga biasanya menampilkan pertunjukan perkelahian antar bebegig.
Bebegig Sukamantri biasa ditampilkan dalam upacara-upacara peringatan hari jadi, baik peringatan hari jadi di Ciamis maupun di luar daerah, juga ditampilkan dalam acara hajatan serta kegiatan kesenian lainnya. Bahkan, Bebegig Sukamantri pernah mendapat gelar kesenian helaran terbaik dalam acara Pesona Indonesia yang berskala nasional.
Robot Mobukay Rajadesa
Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dikenal sebagai sentra anyaman rumah tangga. Berbagai produk rumah tangga dari bambu dibuat di kawasan ini untuk kemudian dipasarkan ke berbagai daerah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan banyak produk plastik yang membanjiri pasaran alat-alat rumah tangga. Berbagai peralatan rumah tangga yang dibuat dari anyaman bambu mulai ditinggalkan para penggunanya.
Hal tersebut mendorong salah seorang warga desa Purawaraja, Rajadesa, Ciamis untuk mengembangkan karya seni baru, bukan lagi anyaman peralatan rumah tangga yang dibuat oleh mereka, namun sebuah karya yang diberi nama Mabokuy. Mabokuy merupakan akronim dari Manusia Boboko dan Dudukuy. Boboko tadinya merupakan alat rumah tangga yang biasa dipakai sebagai tempat nasi, sementara dudukuy adalah topi yang biasa digunakan sebagai pelindung panas saat bertani.
Mabokuy dibuat layaknya robot, namun pembuatannya dilakukan dari anyaman bambu. Karya Seni Mabokuy ini sudah beberapa kali tampil di berbagai acara helaran di sejumlah daerah. Setiap kali tampil, karya seni ini mendapat sambutan positif dari publik.
Menurut Bapak Eman, salah seorang tokoh masyarakat Purwaraja, Rajadesa Ciamis seperti dikutip dari HarapanRakyat.com mengatakan, keahlian masyarakat Desa Purwaraja dalam seni anyaman bambu sudah berlangsung secara turun temurun. Menurutnya, walaupun saat ini produk peralatan rumah tangga dari bahan plastik banyak membanjiri, namun hasil olah tangan masyarakat Desa Purwaraja tersbebut tak pernah kalah bersaing.
“Peralatan rumah tangga tradisional ini masih laris di pasaran. Bahkan dari segi kualitas, anyaman dari Purwaraja ini sudah dikenal dan banyak diminati masyarakat dari luar daerah. Permintaan barang pun terus meningkat. Di luar daerah dikenalnya sebagai anyaman bambu dari Rajadesa,” ujarnya.
Eman menjelaskan, mengembangkan seni anyaman bambu dengan cara menciptakan karya seni Mabokuy merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa Purwaraja, Rajadesa. Melalui karya seni Mabokuy, diharapkan kerajinan anyaman dari Desa Purwaraja bisa semakin dikenal oleh masyarakat luas.
“Karya seni Mabokuy ini sangat unik dan hanya ada di Desa Purwaraja, karena itu kami berharap karya seni ini bisa terus berkembang hingga bisa dikenal secara luas, selain itu karya seni ini bisa menjadi salah satu icon seni dari Kabupaten Ciamis,” ujarnya.
Tercatat, robot Mabokuy ini pernah tampil dalam helaran MTQ tingkat Jawa Barat di Sukabumi, Mabokuy ditunjuk sebagai wakil kelompok seni dari Kabupaten Ciamis. Selain itu, robot Mabokuy juga pernah tampil dalam karnaval menyambut sejumlah kepala Negara dalam gelaran Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.
Wayang Landung
Selain Bebegig Sukamantri dan robot Mabokuy, ikon seni ‘raksasa’ asal Kabupaten Ciamis adalah Wayang Landung. Kesenian khas Kabupaten Ciamis lahir pada tahun 2007 Wayang Landung, sekarang Wayang Landung sudah dikenal di berbagai daerah bahkan di luar Jawa Barat.
Awalnya, Wayang Landung dikembangkan di Kampung Pabuaran, Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu dengan beberapa keunikan yang menarik perhatian banyak kalangan. Keunikan tersebut salah satunya ada pada ukuran Wayang Landung, jika wayang lain biasanya ukurannya kecil, maka Wayang Landung bisa mencapai setinggi tiga meter, sehingga terlihat seperti wayang raksasa. Selain itu, Wayang Landung berbentuknya tiga dimensi dengan bahan dari daun pisang kering.
Wayang Landung merupakan hasil kreasi Pandu Radea, seniman asal Panjalu Ciamis ini menjelaskan pementasan Wayang Landung mirip dengan ondel-ondel yang dikendalikan oleh orang yang memikul Wayang. Orang tersebut masuk ke dalam tubuh wayang lalu bergerak mengikuti alunan music dan cerita. Dulunya, Wayang Landung ini disebut dengan nama jakukjuk yang banyak ditampilkan saat pesta pernikahan, sunatan, atau peringatan-peringatan hari besar lainnya.
Biasanya warang diarak berkeliling kampung, warga ikut mengikutinya dengan riang. Ketika tiba di tempat yang lapang, wayang-wayang itu akan berlaga. Selain itu, sebagaimana wayang biasa,Wayang Landung juga dikendalikan oleh dalang melalui tongkat yang dipegang sang dalang layaknya dirijen dalam pertunjukkan orkestra. Orang yang memikul wayang Landung harus sigap melihat perintah dalang. Jika tongkat yang dipegang dalang digerakkan memutar, maka Wayang Landung pun harus bergerak memutar sesuai instruksi dalang.
Sementara ketika pentas, Wayang Landung juga memiliki istilah khas dalam tahapan-tahapan pentasnya, yakni ada tahapan persiapan yang disebut ‘ngawalan’, tahapan perjalanan atau arak-arakan yang disebut ‘lalampahan’, tahapan penampilan yang disebut ‘pagelaran’, terakhir ada tahap penutupan atau ‘ngampihan’. Tahapan-tahapan ini wajib dilakukan saat pementasan Wayang Landung.
Menurut Pandu Radea, kini Wayang Landung dikelola Komunitas Anak Ibu (KAI), di Dusun Pabuaran, Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Ia berharap Wayang Landung bisa terus dilestarikan hingga beberapa generasi.
Itulah tiga seni arak-arakan dari Ciamis yang kini sudah menjadi ikon seni dan budaya serta sudah terkenal hingga ke berbagai daerah dan menjadi salah satu tujuan untuk traveling ke sana.
Nah, di sekitar daerahku, kadang ada juga Bebegig kalau lagi musim khitanan dan ngemacetin jalanan, asli bikin takut dengan penampakannya.
Comments (28)
emanuella aka nyonyamalas
May 3, 2019 at 10:27 AMMbak Nchie, aku baru tahu tentang robot mobukay, uniiiikkk bangeeettt iiih seruuuu! Tidak ada jadwal festivalnya ya Mbak untuk yang robot mobukay ini?
Uniek Kaswarganti
May 3, 2019 at 10:37 AMKalau dari penampakannya, bebegig ini semacam reog ya mba. Hampir sama kan cara pemakaiannya di kepala.
Yang unik nih yang Mabokuy. Ada2 saja ya kreatifitas dalam menampilkan kesenian daerah, menggunakan hasil karya khas Purwaraja. Lucu juga ya topengnya terbuat dari tempat nasi dan topi anyaman bambu gitu.
Linimasaade
May 3, 2019 at 1:58 PMbaru tahu nih ada festival macam gini apalagi daerahnya Deket dengan Tasik nih . Kalau bebegig ditempatku fungsinya untuk menakuti hama yang dibawah mbk
Linimasaade
May 3, 2019 at 1:59 PMbaru tahu nih ada festival macam gini apalagi daerahnya Deket dengan Tasik nih . Kalau bebegig ditempatku fungsinya untuk menakuti hama yang dibawah mbk makasih sharenya
herva yulyanti
May 3, 2019 at 2:07 PMAku baru tahu teh di Ciamis suka ada arak-arakan belum pernah juga ke Ciamis hahhaa..yang unik mah yang Manusia Boboko Dudukuy dulu mah di rumah nenek kedah aya peralatan 2 ini :p
Ai aku mah anak zaman now di rumah ga tersedia boboko ataupun dudukuy :p
indah nuria
May 3, 2019 at 2:14 PMkesenian kereeen yang harus kita pertahankan dan jagaaa teeeh. Kebayang eta latihannya susyaaah ya mereun. Festivalnya oke bangeeet ..
Mporatne
May 3, 2019 at 5:52 PMWayang ladung mirip ondel ondel tapi lebih bongsor dan gemuk.
Mengenal budaya jadi mencintai budaya sendiri.
Sri Al Hidayati
May 3, 2019 at 8:06 PMWah baru tau seni arak arakan Ciamis dari artikel ini. Seru juga yaa kesenian daerah selalu buat penasaran. Apalagi yang pertama anak anak pasti heboh deh
cifer
May 4, 2019 at 1:34 AMwah teh, wawasan baru nih buat aku, jadi tau arak-arakan dari Ciamis ^^ wayang landung itu besar sekali ya teh.. diangkut begitu jadi inget ogoh-ogoh yang di bali itu, hihi..
Ida Tahmidah
May 4, 2019 at 5:25 AMNamanya unik unik ya kalau dengar namanya ga nyangka itu dari Ciamis deh hehe..baru denger lho teh aku nih..makasih infonya ya..
Rach Alida Bahaweres
May 4, 2019 at 5:53 AMSemoga dengan adanya kesenian ini, budaya ya jadi tetap ada dan dilestarikan ya mba. Senangnyaa jika masih ada khas dari daerah tertentu
Rach Alida Bahaweres
May 4, 2019 at 5:54 AMSemoga dengan adanya kesenian ini, budaya ya jadi tetap ada dan dilestarikan ya mba. Senangnyaa jika masih ada khas dari daerah tertentu 🙂
Diyanika
May 4, 2019 at 5:55 AMYang bebegig itu kalau di Jawa Tengah kayak barongan ya. Tapi, itu perorangan. Kalau barongan sini kan 2 orang. Namanya bebegig, unik banget.
Terus wayang landung, landung itu tinggi, pas ya, sesuai dengan karakter yang diciptakan. Wayang yang tinggi.
Lidya
May 4, 2019 at 6:47 AMWah lucu Robot Mobukaynya teh dibuat dari nyiru, boboko dan teman-temannya ya, gak serem kaya bebegik 🙂
Arak-arakan kaya gini masih ada ya ternyata di Ciamis teh
Siti hairul
May 4, 2019 at 7:24 AMWayang Landungnya keren banget tuh Teh. Ikonik. Khas banget. Pasti disukai turis dalam negeri maupun mancanegara
Yoanna Fayza
May 4, 2019 at 8:19 AMwayang landung ini mirip ondel-ondel yaa, bagus dan unik, tapi aku ngga berani dekat-dekat, serem heheeh
Ira Hamid
May 4, 2019 at 8:24 AMArak-arakannya unik banget, Mba. Dan jujur aja kalo gak baca tulisan Mba Nchie ini saya gak bakalan tahu ada kekayaan budaya kita yang seperti ini. Indonesia memang keren yaa, harus dilestarikan nih 🙂
Nyi Penengah Dewanti
May 4, 2019 at 8:27 AMTeteh ini pertama kali aku liat lho tokoh-tokohnya di ciamis
lucu dan unik ya, keren juga ini bisa membuat tokoh unik yang sedemikan rupa
Belum pernah main ke CIamis, semoga kapan-kapan bisa
lendyagasshi
May 4, 2019 at 8:38 AMTeteeh…
Aku belum pernah ke Ciamis.
Berapa jam perjalanan dari Bandung, teh?
Tapi iya teh..
Aku suka takut sama yang pakai-pakai topeng gini..
Huuhu~
Kebawa mimpi.
Nia K. Haryanto
May 4, 2019 at 8:49 AMWah, aku baru tahu dengan seni arak-arakan ini. Bebegignya nakutin yaaaa… 😀
April Hamsa
May 4, 2019 at 9:30 AMTernyata org Sunda khususnya Ciamis jg punya arak2an, aku kira hanya Bali aja yang punya 😀
OOO jadi begitu arti karakternya 😀
Jadinya kalau ada semacam pesta kirab budaya gtu pastinya sangat menarik minat wisata wan banget ya mbk 😀
Helena
May 4, 2019 at 12:07 PMHii ngeri ih nonton topeng bebegig. Wajahnya seram trus berat juga ya sampai 60kg. Versi anak-anak pun menurutku berat lho. Aku maunya yang wayang landung aja. Lucu.
Rani Yulianty
May 4, 2019 at 7:59 PMLihat bebegig sieun ya, teh, baru tahu penampakkan bebegig teh kayak gitu, ngabelegbeug hideung, robotnya mah lucu ya, seru, pengen ih lihat arak-arakannya langsung, kayaknya seru
Rani Yulianty
May 4, 2019 at 8:00 PMCiamis teh padahal deket ya ke Tasik tapi belum pernah deh ke sana lihat arak-arakan, kayaknya seru ya
Esti Sulistyawan
May 4, 2019 at 8:06 PMTeteh, aq baru tahu beneran lo klo di Ciamis ada beginian. Ini kalau anakku liat bisa nangis kejer dia karena takut hehe.
Echi Mustika
May 6, 2019 at 10:06 AMWah nggak kebayNg mba wayang sebesar itu harus dimainkan oleh dalang yang kecil hihihi… Melestarikan kebudayaan Indonesia sudah kewajiban kita ya mba
Teddy
May 12, 2019 at 11:16 AMIndonesia kaya akan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Duh, baru tau ini wayang Landung besar banget ya, selama ini yang saya tau hanya wayang kulit dan wayang golek. Baca artikel ini berasa belajar sejarah lagi, nuhun teh Nchie jadi tambah pengetahuan sejarah saya.
Uwien Budi
May 16, 2019 at 11:44 PMLucu banget robot mobukay rajadesa nya