Belajar Nasionalisme dari Sosok Anak Muda. Dalam setiap perjalananku terkadang menemukan hal-hal yang tak terduga, entahlah suatu kebetulan atau memang udah skenarioNya yang memang harus aku jalanin dalam hidup ini. Seperti pertemuanku dengan seorang anak muda alias brondong Ambon Manise yang duduk disampingku, awal mula tersenyum malu-malu. Sosok anak muda yang ngakunya 21 tahun, dari penampilan dan bawa tasnya aja udah ketahuan kalau beliau adalah anggota dari angkatan darat, ya seorang abdi negara berbaju loreng.
Argo Parahyangan, Gerbong eksekutif 10 A dan 10 B menjadi saksi akan cerita anak muda yang begitu berapi-api. Ga tau mengapa tiba-tiba anak itu panjang lebar bercerita selagi masa kecil di sebuah daerah perbatasan di Maluku yang penuh konflik (lupa lagi nama daerahnya), lalu dibesarkan di Papua sampai menginjak sekolah menengah. Konflik sudah menjadi makanan sehari-hari, terkadang hidupnya tak tenang, sebagai anak muda yang ingin berontak rasanya terhalang oleh dinding yang tinggi. Mengaku sebagai Warga Negara Indonesia yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi namun berada di sana kepala di kaki dan kaki di kepala adalah hal biasa. Hanya bisa menuruti saja keinginan orang tuanya, kalau berontak nanti bakalan mati.
Sosok anak muda menghela nafas, sambil matanya berkaca-kaca dan kembali melanjutkan cerita. Karena keadaanlah yang membuatnya bertekad untuk memasuki sebuah sekolah militer, sampai pada zona nyaman sekarang ini, meski profesi itu tidak disetujui oleh orang tuanya. Dengan kebulatan tekadnya yang mencintai negara tercinta, beliau hanya ingin mengabdikan diri buat negara. Menghabiskan masa mudanya dengan aturan yang keras, kedisiplinan, main-main tanpa mengabaikan rasa nasionalismenya.
Sekarang si Anak Muda ini lagi menjalani masa pendidikan militer selama setahun di Batujajar, sejenak merantau dari Papua dan selayaknya anak muda yang seharusnya menikmati euforia mengisi masa mudanya. Seperti perjalanan ini beliau ingin mengisi cuti liburan untuk traveling keliling Ibukota, katanya menikmati masa muda.
Berbicara tentang nasionalisme dijaman sekarang adalah memudarnya semangat nasionalisme di kalangan generasi muda, sikap rasa cinta tanah air yang berada di kota besar justru mulai menipis, jika dibandingkan dengan pengalaman anak muda di daerah yang penuh konflik yang berapi-api menunjukan rasa cinta tanah airnya. Jadi membayangkan, cerita kehidupan yang dialami oleh si anak muda itu, rasanya imajinasiku pengen langsung terbang ke daerah Indonesia Bagian Timur. Ah, banyak belajar dari brondong yang satu ini, semoga saja anak-anak muda di perkotaan bisa meniru dan mempunyai sikap nasionalisme yang tingggi.
Dalam kenyataannya, banyak banget fakta memudarnya nasionalisme generasi muda, sangat diperlukan penanaman nilai-nilai karakter dan semangat nasionalisme dimulai dari lingkungan kecil seperti keluarga sendiri. Apalagi mempunyai anak Abege, yang ada hanya mengingatkan dan menanamkan nasionalisme padanya, dengan caraku :
- Memberikan teladan atau contoh tentang rasa kecintaan pada bangsa dengan mengenalkan sejarah melalui tempat-tempat wisata.
- Mengajarkan anak untuk selalu bangga dengan produk dalam negeri, dan tentu saja dengan menggunakannya.
- Mengawasi anak tentang pergaulan di lingkungan sekitar dan memastikan anak tumbuh dalam lingkungan yang baik
Ah, aku pun masih belajar tentang rasa mencintai tanah air dan bangsa, kali ini sungguh menohok, perjalanan 3 jam ga berasa diisi oleh cerita anak muda yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi, yang bercita-cita ingin memajukan dan kembali ke daerahnya untuk membuktikan kalau dirinya mencintai tanah airnya. Makasih ya anak muda si Hitam Manis.
Dan, terakhir beliau menanyakan “Mba, kuliah di Jakarta ya?” Haduh dek, aku mau menjemput rezeki. Setelah obrolan serius, berganti dengan candaan, ternyata anak muda kaget kalo si Mbanya yang dari tadi berada di pinggir seumuran sama Emaknya.
Dan langsung berganti panggilan dari “Mba menjadi Ibu” Sesekali minta maaf, karena udah curcol dan mengganggu jam tidurku di kereta. Masih tak percaya anak muda itu, keluar dari gerbong menatapku tajam, sambil mengungkapkan kata-kata “Ibu ini beda sama ibu saya, Ibu saya kelihatan tua tapi ibu ini awet muda dan gaul .
Hahhaa..ngakak!
Bye anak muda!
Semoga saja Emakmu ini berkesempatan mengunjungi Indonesia Bagian Timur, ntar kita kopdar di sana yaa!
Ibunya gaul banget sih…. Jadinya enak diajak curhat
haseeek….eeaaa
padahal mah udah dijutekin
Eeaaaa, ibu gaul pisan. Nggak sekalian manggil kakak, dek? *Eh XD
Tapi ngomongin nasionalisme, memang jaman sekarang keliatan memudar ya, Teh. Apalagi kalau inget war-war yang nggak udah-udah hanya gara2 beda pilihan politik. Hhhh, kusedih TT
Eeaaa..Kaka (Tua) hahhaaa
Iya banget, atulah Nyak aku pengen adem ayem aja deh
Aduduu…jadi pengen naik KA nih, semoga bisa juga ketemu anak muda yang cerita ber-api-api. Bangga, ya. Bunda do’ain dlleh biar bisa jalan-jalan and kopdar sama si bujang penuh semangat itu.
Aamiin Buun..
ahh Bunda kalo ktemu anak muda berarti ketemu cucu ya buun.
Langka pemuda seperti itu teh
Iyaa, jarang2 loh Alfaaan
Aaaah aku suka perjalanan seperti ini, bertemu orang baru lalu bertukar cerita panjang lebar. Untungnya dapat cerita penuh inspirasi bonus dipanggil “Mbak”. 😀
wakakakaaka..iya seru banget..
Nasionalisme perlu apalagi banyak org yg ingin ngajak duel dengan adu domba. Pemuda jgn sampai ikutan arus kaya gitu
siap mpook, aku kan pemudi..
Dianna bumi di pijak maka langit di jungjung. Miss percaya nasionalisme juga di ajarkan agama dan kewajiban mempunyai nilai nasionalisme
setujuu miss..
Mana penampakan brondongnya Teh? Kunaon teu difoto atuh? Haha.
Hahhaaa..jangan, belio no narsis euy..